Jangan mencampuradukkan dan menyamakan Paskah Ala Gereja Babylon dengan Paskah yang sesungguhnya. Paskah Ala Gereja Babylon (Easter / Ishtar Day) sama sekali tidak sama dengan Paskah yang sesungguhnya. Paskah versi mereka sebenarnya adalah hari Pemujaan Semiramis sang Dewi Ishtar, bangsa Mesir menyebutnya Dewi Isis, sang Dewi Kesuburan. Semiramis yang juga disebut sebagai Queen of Heaven / Ratu Surga (Yeremia 17:16-20) sebenarnya adalah ibu kandung Nimrod (Kejadian/Genesis 10:8-12) sang Dewa Matahari mereka, yang sesungguhnya adalah Raja pertama dari Babel / Babylon. Semiramis sendiri telah kawin dengan Nimrod, darah dagingnya sendiri. Tammuz (yang ditangisi para perempuan yang disebut dalam Yehezkiel 8:14) adalah anak hasil percabulan antara ibu-anak ini dan kombinasi ketiganya ini menghasilkan Trinitas dari Nimrod (sang Dewa Matahari), Semiramis (sang Bunda, sang Ratu Sorga) dan Tammuz (= 'sang Tunas' versi Babylon, sang mesias tandingan). Perayaan Hari Natal (Christmas / Saturnalia) sendiri sebenarnya adalah hari kelahiran Tammuz yang diakui mereka sebagai inkarnasi dari sang Dewa Matahari, dan tunas pohon cemara adalah lambang dari Tammuz.
Kefasikan ini telah ada lama dalam sejarah dunia, juga merupakan akar dari segala pemujaan berhala di muka bumi ini dalam berbagai perubahan dan variasi nama, dan semua ini merupakan musuh utama YAHUVEH sejak zaman dahulu kala, dan gereja Babylon justru mengadopsi kefasikan ini dalam penyembahan mereka.
hari raya orang Yahudi untuk memperingati luputnya bangsa Yahudi dari pembantaian besar-besaran yang telah dirancang Haman bin Hamedata (Ester 9:20-32).
Pada masa itu raja Ahasyweros memerintah, dan Ester, seorang perawan Yahudi tanpa cacat cela, telah diangkat oleh sang raja menjadi ratu menggantikan ratu Wasti, yang telah dibuang sang raja karena telah menghina raja di muka umum.
Haman bin Hamedata, pembesar tertinggi di kerajaan itu sangat membenci Yahudi karena Mordekhai yang seorang Yahudi adalah satu-satunya yang tidak sujud menyembah dia. Haman telah merancang persepakatan jahat untuk memusnahkan seluruh Yahudi di kerajaan besar itu, bahkan memfitnah bangsa itu di depan raja untuk mendapatkan persetujuan raja. Baik raja maupun Haman tidak mengetahui bahwa Ester adalah seorang Yahudi dan adalah anak angkat Mordekhai, yang pernah berjasa melaporkan kepada raja perihal persekongkolan dua orang sida-sida raja untuk membunuh raja sehingga raja bisa selamat dari rencana pembunuhan itu.
Ketika titah memusnahkan bangsa Yahudi diturunkan atas nama raja Ahasyweros, Mordekhai menyampaikan kepada Ester mengenai hal itu dan meminta Ester untuk membela bangsanya. Seluruh bangsa Yahudi pun berpuasa demi Ester, bahkan dayang-dayang Ester maupun Ester sendiri, sebab sudah tiga puluh hari Ester tidak dipanggil raja, dan ada peraturan bahwa orang yang menghadap raja tanpa dipanggil raja akan dikenai hukuman mati, kecuali bila raja berkenan mengulurkan tongkat emas kepada orang itu maka dia akan bebas dari hukuman. Ester mengambil resiko ini demi bangsanya dan raja berkenan kepadanya ketika melihat Ester menghadap dan mengulurkan tongkat emas kepadanya. Lalu Ester mengundang raja dan Haman ke perjamuan makan selama 2 hari, dan pada hari kedua itulah Ester mengadukan niat jahat Haman kepada raja. Haman ketakutan saat mengetahui Ester, sang ratu, ternyata adalah juga orang Yahudi. Sang raja pun murka dan menghukum mati Haman beserta keluarganya.
Karena perintah atas nama raja tidak bisa dibatalkan, termasuk titah pembantaian yang dikeluarkan Haman atas nama raja, maka raja mengeluarkan perintah baru bagi seluruh orang Yahudi supaya mereka berhak membela diri dan mempertahankan diri dari titah pembantaian yang sebelumnya telah diturunkan oleh Haman atas nama raja itu. Bangsa Yahudi pun bangkit mempertahankan diri dan luput dari pembantaian.
Perayaan Purim ditetapkan Ester mulai saat itu supaya bangsa Yahudi terus mengingat keluputan mereka dari pemusnahan masal itu. Demikianlah setiap tahunnya bangsa Yahudi memperingati Purim ini.
hewan kecil ini paling sering dikurung dan dipakai para ilmuwan sebagai objek percobaan penelitian sesuka hati mereka. Sekalipun ada ilmuwan yang mengaku bahwa sebenarnya mereka tidak tega terhadap para hewan ini, banyak dari hewan percobaan ini yang kemudian menjadi cacat seumur hidupnya bahkan mati mengenaskan setelah menderita akibat-akibat perlakuan kejam selama penelitian itu, dan setelah tidak diperlukan lagi, hewan-hewan ini dibunuh tanpa belas kasihan dan bangkai mereka dibuang begitu saja, seolah-olah mereka adalah sampah yang tidak pernah ada gunanya. Ada dari antara hewan korban percobaan laboratorium ini yang bahkan masih bernyawa ketika dibuang, dan menderita sengsara selama beberapa waktu lamanya hingga pada akhirnya mati tanpa ada yang peduli kepada mereka ... di tempat pembuangan sampah.