:: Mimpi ::
Suamiku, Rasul Nikomia, dan aku sedang berada di luar melihat bintang-bintang menghadap sebelah timur. Aku begitu terpukau terhadap betapa indahnya penampilan bintang-bintang malam itu. Langit terlihat seperti sebuah kanvas beludru hitam dan bintang-bintangnya begitu terangnya, begitu besar dan begitu indahnya. Aku telah berkata, "Lihat, sayang, lihat bintang-bintangnya, aku belum pernah melihat mereka begitu terang dan begitu indahnya." Suamiku telah berkata, "Ya, aku pernah melihat langit-langit seperti ini di Minnesota." Kami telah berlutut dan mulai berdoa dan memuji YAHUVEH dan YAHUSHUA karena telah menciptakan yang sebegitu indahnya. Kami juga sedang berterima kasih kepada ELOHIM YAHUVEH karena berkat-berkat dan perlindungan yang telah kami kenal di Amerika. (Catatan: Kami tidak mengenakan mantel-mantel dan kami tidak sedang berlutut di atas salju, tetapi di mana kami sedang tinggal sekarang ini, kami telah hanya mendapatkan salju satu kali dan saljunya telah mencair dan cuaca tidak sebegitu dinginnya.) Hal berikutnya yang telah kulihat di dalam mimpiku adalah sulit untuk dijelaskan. Saat aku melihat ke atas sambil berdoa, aku telah menyaksikan apa yang tampak seperti suatu "Bintang yang Meledak". Satu bintang telah meledak lebih dulu dengan cahaya-cahaya di sekelilingnya dalam warna yang bervariasi. Aku terus berdoa sebab aku tidak tahu apa ini. Saat aku telah menunjukkan bintang yang meledak itu kepada suamiku, dia terus berdoa bersamaku dan memuji YAHUVEH karena perlindunganNYA dan berkat-berkatNYA dan keindahan yang telah ELOHIM YAHUVEH ciptakan itu. Aku melihat ke atas dan kami tidak lagi sendirian sebab orang-orang telah mulai mengamati kami berdoa dan memuji YAHUVEH dan YAHUSHUA. Kumpulan-kumpulan besar orang-orang telah mulai mengamati langit bersama-sama kami. Lima wanita telah berlutut di samping kami dan telah bergabung dengan kami berdoa dan memuji YAHUVEH dan YAHUSHUA karena perlindungan itu. Ini adalah teman-teman pertama kami yang telah bergabung di dalam mimpi bergandengan tangan dengan kami. Kumpulan-kumpulan besar orang-orang lainnya hanya berdiri saja dan menonton kami, beberapa telah mengolok-olok kami. Aku telah mengamati langit dan aku telah beranggapan bahwa bintang meledak itu tidak akan terjadi lagi. Begitu terperanjatnya aku di sana ada lagi bintang meledak lainnya, kemudian yang lainnya lagi. Kami telah terus berdoa dan makin banyak orang yang telah bergabung berlutut bersama-sama kami dan berdoa. Di sana telah ada sedikitnya 4 bintang meledak, beberapa lebih besar dari yang lainnya. Aku telah sadar kemudian bahwa orang-orang yang bergabung dengan kami adalah berpihak pada kami dan orang-orang yang telah menolak untuk berdoa bersama kami dan menolong kami bersyafaat bagi Amerika telah sedang melawan kami. Aku telah bertanya-tanya tentang apa yang telah dimaksudkan oleh bintang-bintang meledak itu. Aku telah berkata kepada suamiku, "Aneh, karena ini bukan kembang-kembang api, sebab ini bukan tanggal 4 Juli." Kemudian aku telah melihat apa yang tampak berwarna-warni dengan kecepatan penuh di langit dengan sangat cepat sedang membuat suatu jejak yang sangat panjang di langit. Aku telah mendengar suatu bunyi keras seperti sesuatu yang sedang menghantam tanah. Ketika kami berlarian untuk melihat apa yang telah menghantam tanah itu, di sana ada orang-orang semua mengelilingi sebuah rudal abu tua yang besar yang sebagian tertanam di tanah dengan dua sirip kemerahan di setiap sisinya yang menonjol keluar dari tanah. Orang-orang telah ketakutan tetapi saat kami menghampirinya, sambil berdoa, kami menyaksikan sebuah mujizat, ini adalah sebuah rudal yang tidak meledak. Terpujilah YAHUVEH dan YAHUSHUA. Rudal di tanah itu adalah suatu peledak yang tidak jadi meledak. Oh, kami telah menyadarinya kemudian bahwa adalah doa-doa kami yang telah menyelamatkan kami. Hanya YAHUVEH dan YAHUSHUA yang telah bisa mencegah apa yang seharusnya telah meledak itu hingga menjadi sebuah rudal yang tidak meledak. Orang-orang kemudian telah mulai mengikuti kami dan ingin pergi ke manapun kami pergi sebab mereka telah mengetahui bahwa mereka akan aman jika mereka bergabung dengan kami dalam doa, kami telah saling menudungi satu sama lainnya dengan doa. Suamiku dan aku telah mengetahui bahwa kami akan meninggalkan tempat di mana kami sedang bermukim dan telah percaya dalam iman bagi keselamatan kami sebab itu pasti telah berbahaya, sebab bintang-bintangnya masih sedang meledak di langit saat kami melihat ke sana. Kami telah memerlukan perbekalan untuk perjalanan. Kami pergi ke suatu toko yang penuh sesak dengan orang-orang di dalam antrian panjang. Orang-orang sedang mengikuti kami, ingin tahu akan apa yang kami perbuat selanjutnya sebab mereka sudah tahu bahwa rudal-rudal akan menjadi senjata peledak yang tidak meledak ke manapun kami pergi. Inilah janji bagi kami dari YAHUVEH dan YAHUSHUA, dan kami akan dilindungi dan kebutuhan kami akan dipenuhi. Aku telah berkomentar kepada suamiku, "Aku tahu semua orang yang sedang mengikuti kita ke toko telah akan dilindungi dan kebutuhannya akan dipenuhi." Kami telah mengambil suatu langkah dan orang-orang telah mengikut, mengambil langkah-langkah di belakang kami. Orang-orang yang sudah di dalam toko itu serakah dan hanya sedang memikirkan diri mereka sendiri, saling dorong dan saling tolak satu sama lainnya. Semua dari kami, yang melangkah masuk ke dalam toko itu bersama-sama, saling peduli terhadap kebutuhan masing-masing. Orang-orang yang sudah di dalam toko menyadari aku sebagai orang yang telah menunjuk kepada bintang-bintang yang meledak tadi dan yang telah berdoa dan memberikan peringatan. Beberapa orang telah menyukai aku di dalam toko itu dan beberapa orang tidak menyukaiku dan beberapa orang jika bukan mengabaikan aku maka mereka kasar dan penuh kebencian. Saat aku sedang berdiri di dalam antrian, orang-orang telah memberikan jalan potong di hadapan mereka bagiku sehingga aku bisa membeli perbekalan lebih cepat. Aku telah mengambil beberapa barang dan memegangnya di dalam tanganku, semuanya adalah item makanan dan yang satu adalah kantong besar dari keripik kentang. Saat aku beranjak ke depan antrian dan sang kasir sedang menjumlah total pembelianku yang adalah sejumlah kecil, aku telah merogoh ke dalam kantongku dan telah menyadari bahwa aku tidak punya uang tunai, hanya suatu pos wesel $700,- dan 'Dibayarkan Kepada' itu telah kosong. (Catatan: kepada siapapun yang mengetahui mengapa sejumlah ini dan mengapa ini kosong, aku masih belum mendapatkan pengertiannya, tolong email aku jika engkau mendapatkan penyingkapan dari RUACH ha KODESH, yang juga telah dipanggil sebagai ROH KUDUS.) CATATAN: Pengelola situs, saat membaca ini, telah mendapatkan pemahamannya. Pos wesel $700,- ini, 7 = bilangan sang Bapa bagi kesempurnaan, sebuah cek dari Bapa yang akan memenuhi kebutuhanmu dengan sempurna. Suami telah menambahkan: Cek senilai angka yang terisi di dalamnya yakni tujuh ratus dolar, tetapi ini dipersiapkan bagi siapa, isiannya adalah kosong. Jadi Bapa akan memberikan kita uang ekstra setelah kita membeli perbekalan kita sama halnya Dia sendiri mengetahui untuk siapa nantinya cek ini akan diberikan. Aku telah berdoa supaya sang kasir telah memiliki uang yang cukup di dalam laci kasirnya untuk mencairkan itu, kemudian aku telah mengucapkan sebuah doa yang cepat, dia telah akan menguangkannya. Aku telah memberitahukan perempuan itu, "Ini semua yang aku punya. Apakah engkau mempunyai uang yang cukup di dalam laci kasirnya?" Ini adalah pertengahan sore dan aku telah berdoa supaya dia mempunyainya, karena melihat jumlah pelanggan yang diperolehnya hari itu. Dia telah melihatnya dan dia memang punya cukup uang. Perempuan ini telah meminta identitasku dan aku menyadari bahwa suamiku yang telah memegang dompetku dan dia berada di bagian belakang dari toko itu sedang menanti di dalam antrian, sebab orang-orang tidak memberikan jalan potong baginya dalam antrian, hanya aku, dan aku berkata, "Tolong tunggu, aku harus mendapatkan surat izin mengemudiku dari suamiku." Orang-orang yang tidak menyukai aku telah marah bahwa aku telah menahan antrian, orang-orang lainnya telah memaklumiku. Aku pergi ke belakang dari toko itu dan mendapatkan identitasku dari suamiku dan pergi kembali kepada sang kasir dan dia melihat kepada identitasku dan berkata bahwa dia tidak biasanya melakukan begini tetapi dia telah mengenali aku dan dia menjumlah sejumlah kecil pada mesin hitungnya dan memberikan uang tunai sebagai kembalian dari pos wesel itu. Aku memberitahukan kepadanya bahwa aku sangat berterima kasih. Kami meninggalkan toko itu dengan orang-orang yang mengikuti kami ke manapun kami pergi; mereka tahu bahwa kebutuhan mereka akan dipenuhi dan mereka akan aman. Akhir dari mimpi.